Selamat tahun baruuuuuuuuuuu….belum basi kan yah tahun barunya. Hari ini adalah hari ke-9 di tahun 2018 dan post pertama di tahun 2018 ini. Kali ini saia bercerita tentang sebuah kota yang ada di pulau Sumatera, yaitu Kota Bengkulu. Ada apa di Bengkulu? Ngapain ke Bengkulu? begitulah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-teman ketika mengetahui saia akan menjelajah ke Bengkulu. Waktu ke Bengkulu itu adalah bulan Februari tahun 2016 bersama temen kantor dan temen kantor yang lama. Awalnya, saia dan temen-temen kantor yang dulu tuh selalu ada ritual tahunan jalan-jalan menyusuri Indonesia. Kali itu, gak semua bisa berpartisipasi karena ada satu dan lain hal. Kebetulan ada tanggal merah di hari Senin, kyaknya Imlek deh, agak-agak lupa juga sih. Saia sendiri gak tahu kenapa tiba-tiba memutuskan untuk ke Bengkulu. Ada apa di Bengkulu?


Traveling sambil belajar. Kenapa? karena pas di Bengkulu itulah saia jadi tahu nama Bandara di Bengkulu adalah Fatmawati Soekarno.
Disebut kota Rafflesia karena di Bengkulu tumbuh bunga besar yang sangat terkenal bernama Rafflesia Arnoldii. Ada yang bilang bunga Rafflesia dan bunga bangkai itu sama, menurut saia sih nggak yah, bunga Bangkai dan bunga Rafflesia itu adalah dua bunga yang berbeda.

Disini masuk ke dalam rumah ibu Fatmawati. Ada banyak peninggalan-peninggalan sejarahnya, seperti meja, kursi, tempat tidur, bahkan sampai mesin jahit yang digunakan untuk menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang fenomenal itu.
Selanjutnya, jalan-jalan ke Fort Marlborough. Ceritanya ini adalah tempat dimana Soekarno dipenjara dan disidak gitu. Seru juga waktu masuk ke dalam penjaranya, bener-bener kayak ngerasain jadi narapidana tempo doeloe. Suasananya rada mencekam gitu, apalagi ada semacam cerita-cerita yang pernah terjadi tapi tidak tahu kebenarannya juga karena rada-rada bernuansa mistis gitu. O iya, disini ada tulisan asli dari seorang narapidana gitu. Intinya lebih ke mistis lah…hehee…jalan-jalan deh ke sana biar tahu…

Kalau tadi udah berkunjung ke rumah ibu Fatmawati, sekarang berkunjung ke rumah Soekarno. Rumah ini adalah rumah yang ditinggali sewaktu masih bersama ibu Inggit. Karena kisah ini sangat menarik, saia beli buku tentang ibu Inggit ini, kalau gak salah judulnya “Kuantar kau ke gerbang…..”(lupa…hehehehe). Satu hal yang saia baca-baca di media online dan merasuk hati banget, waktu cerita ibu Fatmawati bersimpuh di kaki ibu Inggit dan ibu Inggit berkata “Jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu sakit rasanya”. Dalem banget kan maknanya. Kisah ini kalau saia baca di media online, sewaktu ibu Fatmawati sakit hati karena dua hari setelah dia melahirkan anaknya yang keberapa gitu, Soekarno minta ijin kawin lagi. Saia suka banget baca-baca kisah biografi orang besar semacam Soekarno.
Setelah berwisata sejarah dan kulineran (di foto berikutnya) jalan-jalan ke pantai di Bengkulu. Pantai yang terkenal di Bengkulu namanya Pantai Panjang. Sayang banget bolak balik ke sana tapi gak fotoan di icon-nya. Pas mau fotoan di icon-nya malah hujan teramat deras. Celana yang saia pakai di foto atas itu celana yang saia beli di Siem Reap, Cambodia (Kamboja) dan sekarang udah gak bisa terpakai karena robek tingkat tinggi. Gara-garanya main di pantai dan hujan deres banget, kayaknya gak kuat kali ya nih bahan kainnya atau faktor lainnya, jadinya ya udah tamatlah riwayat celana itu…
Ini makan siang waktu di Bengkulu. Kalau gak salah nih nama ikannya, Garang Asem atau apa gitu deh, kurang familiar di telinga. Rasanya enak.

Sekian cerita saia tentang Bengkulu.